Sebagai Bangsa Indonesia,
kita mestinya bersyukur karena dikaruniai ribuan pulau dan laut yang
luas tempat hidup dan berkembangnya beranekaragam jenis flora dan fauna
yang menjadi penyedia berbagai bahan pangan dan kebutuhan dasar manusia.
Meskipun hanya menempati 1,3% daratan dunia namun di dalamnya terdapat
sekitar 17% spesies yang ada di bumi. Hutan Indonesia ditumbuhi 11%
spesies tanaman, dihuni 12% mamalia, 15% reptil dan amfibi dan 17%
burung. Hutan-hutan tersebut juga memberikan banyak macam produk seperti
kayu, buah, sayuran, kacang-kacangan, rempah-rempah, obat-obatan,
parfum, minyak, biji-bijian, makanan ternak, serat, bahan pewarna, bahan
pengawet dan pestisida. Lebih dari 6.000 spesies tanaman dan hewan
digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia merupakan salah satu di antara tiga negara
mega-biodiversity di dunia yang memiliki berbagi spesies tanaman pangan
dan obat tradisional. Ada lebih 100 spesies tanaman biji-bijian, sagu
dan umbi-umbian penghasil tepung dan gula. Juga lebih dari 100 spesies
tanaman kacang-kacangan sebagai sumber protein
dan lemak. 450 spesies tanaman buah-buahan sumber vitamin dan mineral.
Tersedia lebih dari 250 spesies tanaman sayur-sayuran sebagai sumber
vitamin dan mineral. 70 spesies tanaman bumbu dan rempah-rempah. Juga 40
spesies tanaman bahan minuman dan 940 spesies tanaman bahan obat
tradisional.
Hutan tropis yang sangat luas beserta keanekaragaman hayati yang ada di
dalamnya merupakan sumber daya alam yang tak ternilai harganya.
Indonesia juga dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat (herbal) sehingga mendapat julukan live laboratory.
Kita boleh berbangga dengan kekayaan herbal yang tidak dimiliki oleh
negara lain. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat dimiliki Indonesia.
Dengan kekayaan flora
tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk
herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber
daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan
masyarakat. Baru sekitar 1200 species tumbuhan obat yang dimanfaatkan
dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tumbuhan obat
yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara
lain. Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah mematenkan
sekitar 40 senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia (Suara
Pembaruan, 26 Maret 2005). Bahkan beberapa obat-obatan yang bahan
bakunya dapat ditemukan di Indonesia telah dipatenkan dan diproduksi
secara besar-besaran di negara lain sehingga memberi keuntungan yang
besar bagi negara tersebut.
Sebuah survei terhadap 150 jenis obat beresep yang umum digunakan di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa 57 persen mengandung sedikitnya satu senyawa
aktif yang didapat dari alam. Sebagian besar di antaranya didapat dari
hutan tropis, antara lain adalah senyawa kontrasepsi, pengendur otot,
senyawa anti bakteri, aprodisiak, dan obat-obatan yang digunakan untuk
mengobati gagal jantung, malaria, kanker, dan penyakit lainnya.
Penduduk asli di hutan tropis memiliki pengetahuan yang luar
biasa tentang tumbuhan obat-obatan, dan di sejumlah besar wilayah
penyembuhan tradisional merupakan penyedia jasa pelayanan kesehatan yang
utama. Bukti kemampuan pengobatan tradisional makin berkembang, dan
tumbuhan obat-obatan dari wilayah tropis kini digunakan di seluruh
dunia.
Tabel Tanaman obat yang berpotensi untuk sumber bahan obat modern di Indonesia
No Species tanaman Bagian yang digunakan Indikasi khasiat
1 Benalu teh (Loranthus spp) Tangkai daun Anti kanker
2 Brotowali (Tinospora crispa L.) Tangkai daun Anti malaria, kencing manis
3 Bawang putih (Allium sativum L.) Umbi Anti jamur, penurun lemak darah
4 Ceguk/wudani (Quisqualis indica L.) Biji Obat cacing
5 Delima putih (Punica granatum L.) Kulit buah Anti kuman
6 Dringo (Acorus calamus L.) Umbi Obat penenag
7 Handeuleum/daun wungu (Grapthophyllum pictum Griff.) Daun Wasir atau ambeien
8 Ingu (Ruta graveolens L.) Daun Anti kuman, penurun panas
9 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Rimpang Penghilang nyeri, anti piretik, anti radang
10 Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingk.) Buah Obat batuk
11 Jati belanda (Guazoma ulmifolia Lamk.) Daun Penurun kadar lemak darah
12 Jambu biji/klutuk (Psidium guajava L.) Daun Anti diare
13 Jambu mente (Anacardium occidentale L.) Daun Penghilang nyeri
14 Kunyit (Curcuma domestica Val.) Rimpang Radang hati, radang sendi, anti septik
15 Kejibeling (Strobilanthes crispus Bl.) Daun Obat batu ginjal, pelancar air seni
16 Katuk (Sauropus androgynus Merr.) Daun Pemacu produksi air susu ibu
17 Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) Daun Pelancar air seni
18 Legundi (Vitex trifolia L.) Daun Anti kuman
19 Labu merah (Curcubita moschata Duch) Biji Obat cacing pita
20 Pepaya (Carica papaya L.) Getah, daun, biji Sumber enzim papain, anti malaria, kontrasepsi pria
21 Pegagan/kaki kuda (Centella asiatica Urban) Daun Pelancar air seni, anti kuman, anti tekanan darah tinggi
22 Pala (Myristica fragrans Houff.) Buah Penenang
23 Pare (Momordica charantia L.) Buah, biji Kencing manis, kontrasepsi pria
24 Saga telik (Abrus precatorius L.) Daun Sariawan usus
25 Sembung (Blumea balsamifera D.C.) Daun Penghilang nyeri, penurun panas
26 Sidowayah (Woodfordia floribunda Salisb.) Daun Anti kuman, pelancar air seni
27 Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) Seluruh bagian Anti kuman, obat kencing manis
28 Seledri (Alpium graveolens L.) Seluruh bagian Anti tekanan darah tinggi
29 Sirih (Piper betle L.) Daun Anti kuman
30 Temu lawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.) Rimpang Obat radang hati kronis
31 Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Daun Pelancar air seni, obat penghancur batu ginjal
Tabel Contoh tipe ekosistem hutan dataran rendah dan jenis tanaman obat
Tipe ekosistem hutan Jenis tanaman obat Keterangan
1. Hutan hujan dataran rendah Pasak bumi (Eurycoma longifolia), Akar
kuning (Arcangelisia flava), Kamfer (Dryobalanops aromatica), Kepayang
(Scaphium macropodum), Tabat barito (Ficus delteidea), Kemiri (Aleurites
moluccana) Kedawung (Parkia roxburghii) dan Gaharu (Aqularia
malaccensis) < 1000 m dpl; keanekaragaman paling tinggi; beriklim
basah; terutama di Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya
2. Hutan pantai Bintangur (Calophyllum inophylum), Keben (Barringtonia
asiatica), Waru (Hibiscus tilliaceus) dan Ketapang (Terminalia catappa)
Di pantai, tanah kering berbatu dan regosol; di Sumatera, Jawa, Bali,
Sulawesi
3. Hutan payau (mangrove) Api-api (Avicennia marina), Bogem (Sonneratia
ovata) Nyirih agung (Xylocarpus granatum), Bako rayap (Rhizophora
apiculata) dan Tumus (Bruguiera conjugata) Di pantai dan tepian sungai;
dipengaruhi pasang surut air laut; terutama di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Irian Jaya, Jawa
Permasalahan pelestarian Tumbuhan Obat Indonesia menurut Zuhud et al. (2001) disebabkan karena:
a) Kerusakan habitat,
b) Punahnya budaya dan pengetahuan tradisional penduduk asli/lokal di dalam atau sekitar hutan,
c) Pemanenan tumbuhan obat yang berlebihan. Adanya eksploitasi terhadap
kayu yang sekaligus pohon tersebut yang juga merupakan spesies tumbuhan
obat juga merupakan ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obatnya.
Sebagian besar areal konsesi hutan yang sudah diusahakan saat ini
terdapat di tipe hutan hujan dataran rendah dimana 44% spesies tumbuhan
obat penyebarannya terdapat di formasi hutan ini dan di areal hutan
konversi (areal hutan yang bisa dirubah menjadi areal non-hutan seperti
untuk perluasan lahan pertanian/ perkebunan, areal transmigrasi dan
areal industri dll). Ancaman kelestarian plasma nutfah tumbuhan obat
hutan tropika saat ini menurut Zuhud et al. (2001) sangat serius karena
formasi hutan tropika dataran rendah selama 2 dekade belakangan ini
mengalami kerusakan yang sangat parah, akibat eksploitasi kayu,
perambahan hutan, kebakaran hutan, konversi hutan, perladangan berpindah
dan lain-lain,
d) Ketidak seimbangan penawaran dan permintaan tumbuhan obat,
e) Lambatnya pengembangan budidaya tumbuhan obat Indonesia,
f) Rendahnya harga tumbuhan obat,
g) Kurangnya kebijakan dan peraturan perundangan pelestarian,
h) Kelembagaan pelestarian tumbuhan obat.
Namun, ironisnya Hutan yang merupakan sumber kehidupan tersebut sedang
terancam punah dan terancam hal-hal yang merusak kelestariannya seperti
penebangan hutan, pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan,
perburuan hewan langka serta pencemaran lingkungan. Selain itu juga
dampak buruk dari rusaknya kelestarian hutan lambat laun akan mengenai
hidup manusia, seperti terganggunya kehidupan sosial, kebudayaan dan
perekonomian masyarakat.
Hal ini memerlukan kepedulian semua pihak untuk menyelamatkan Sumber
Daya Hutan yang saat ini menghadapi ancaman deforestasi dan degradasi.
Bukti-bukti telah banyak disampaikan dan fakta pun telah banyak
dikemukakan akan manfaat hutan dari segi ketersediaan tumbuhan obat yang
banyak diperlukan dan dimanfaatkan bagi manusia. Akankah kita biarkan
sumber daya alam kita yang notabene sangat banyak memberikan kontribusi
bagi perikehidupan kita hancur luluh lantak tanpa ada keinginan untuk
mempertahankannya? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing!!!
BEBERAPA TUMBUHAN OBAT DAN KHASIATNYA:
1. Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.)
Kegunaan:
Daun tumbuhan digunakan untuk pengobatan gangguan pencernaan, seperti:
perut kembung, mules, diare, disentri, obat cacing, batuk, malaria,
diabetes, tekanan darah tinggi, radang ginjal, untuk perempuan dalam
masa nifas dan obat wazir.
Kulitnya yang berasa pahit digunakan pula sebagai tonikum dan
meningkatkan nafsu makan, sedangkan getahnya digunakan untuk pengobatan
penyakit kulit, borok, koreng dan bisul.
2. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Tumbuhan dari famili euphorbiaceae ini, air rebusannya diminum untuk
melancarkan buang air kecil atau diuretik, untuk mengobat penyakit
ginjal, seperti radang ginjal, infeksi dan batu di saluran kencing,
melancarkan air seni dan menyembuhkan radang hati atau hepatitis, sakit
kuning dan penyakit kelamin seperti kencing nanah.
Tumbuhan ini juga digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit
lainnya, seperti: kencing manis, batuk pada anak-anak, emenagog atau
peluruh haid, malaria, diare dan radang usus, obat penyakit kulit
seperti: eksim, panu, cacar dan herpes.
3. Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Kegunaan:
Di Indonesia, daun kumis kucing digunakan sebagai diuretik atau peluruh
kencing, dan juga untuk pengobatan kencing manis, tekanan darah tinggi,
aterosklerosis, radang ginjal, rematik, tonsilitis, epilepsi atau ayan,
gangguan menstruasi, gonorea, sipilis, dan sebagainya.
4. Jambu biji (Psidium guajava L.)
Kegunaan:
Daun atau akar umumnya digunakan untuk pengobatan diare atau mencret,
murus dan radang selaput lendir lambung dan usus. Buahnya digunakan
untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi dalam darah atau
hiperkolesterolemia, dan kencing manis, sedangkan daunnya selain
menurunkan kadar kolesterol dalam darah, juga digunakan untuk pengobatan
keputihan.
5. Jahe (Zingiber officinale (Wild.) Rosc.)
Kegunaan:
Sejak dulu telah digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional atau
bumbu makanan. Rimpangnya yang berasa pedas, hangat dan diaforetik atau
mengeluarkan keringat, umumnya digunakan untuk meningkatkan nafsu makan,
pengobatan influensa, gangguan saluran pernafasan, batuk, masuk angin,
gangguan pencernaan atau mulas, diare, muntah-muntah, obat gosok
penyakit encok, terkilir, bengkak, gatal-gatal, digigit ular, kolera dan
difteri. Di samping itu juga digunakan sebagai bahan ramuan obat batuk
dan luka.
6. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Wallich ex Nees)
Di Indonesia dikenal sebagai bahan obat tradisional yang mempunyai sifat
hepatoprotektif, antiinflamasi, antipiretik atau meredakan demam dan
untuk penawar racun atau detoksikasi. Seluruh bagian tumbuhan sambiloto
atau bersama-sama dengan kumis kucing digunakan pula untuk menyembuhkan
sakit gula atau kencing manis.
Daun sambiloto yang rasanya pahit digunakan sebagai tonikum, menumbuhkan
nafsu makan, untuk pengobatan radang tenggorokan, demam, malaria,
tifus, sakit perut, disentri, difteri, gatal-gatal, eksema, radang usus
buntu, gonorea atau kencing nanah, sifilis dan epilepsi atau ayan. Di
samping itu daun sambiloto juga digunakan untuk menyembuhkan luka karena
gigitan ular berbisa atau racun binatang lainnya.
Here We Are
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sejarah PALASI
Usaha-usaha untuk mendirikan organisasi kepecinta-alaman sudah dimulai sekitar tahun 70-an dari beberapa orang siswa SMAN 1 Jakarta yang gemar berpetualang. mereka bertujuan untuk menyalurkan kegemaran mereka agar lebih jelas dan lebih terorganisir. Tetapi keinginan mereka tidak disetujui oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah berpendapat bahwa organisasi kepecinta-alaman itu sudah ada, yaitu pramuka.
Kemudian pada tahun 1979 dimulai lagi usaha tersebut yang didukung oleh para alumni SMAN 1 Jakarta yang merupakan perintis cita-cita tersebut. Dan pada tanggal 20 Januari 1980 berdiri organisasi pecinta alam di SMAN 1 Jakarta yang diberi nama Pecinta Alam Siswa SMAN 1 Jakarta (PALASI SMAN 1 Jakarta).
Pendiri PALASI .
Sahat Sihombing dan Susilo
Kemudian pada tahun 1979 dimulai lagi usaha tersebut yang didukung oleh para alumni SMAN 1 Jakarta yang merupakan perintis cita-cita tersebut. Dan pada tanggal 20 Januari 1980 berdiri organisasi pecinta alam di SMAN 1 Jakarta yang diberi nama Pecinta Alam Siswa SMAN 1 Jakarta (PALASI SMAN 1 Jakarta).
Pendiri PALASI .
Sahat Sihombing dan Susilo
Blog Archive
-
▼
2014
(18)
-
▼
Januari
(9)
- SURGA BAWAH LAUT INDONESIA
- SEVEN SUMMITS
- 9 PEDOMAN PENTING MEMILIH MAKANAN SURVIVAL
- 8 LOKASI PANJAT TEBING TEREKSTRIM DI DUNIA
- 11 CARA PENYARINGAN AIR TRADISIONAL
- 7 DANAU DI DALAM GOA YANG MEMPESONA
- 12 AIR TERJUN TERTINGGI DAN TERINDAH DI INDONESIA
- HUTAN SEBAGAI SUMBER TUMBUHAN OBAT
- 10 GUNUNG TERINDAH DAN MENAKJUBKAN DI DUNIA
-
▼
Januari
(9)
Labels
- alam (2)
- alumni (1)
- BUDI UTOMO (4)
- CLIMBING (3)
- Dokumentasi (1)
- gunung (3)
- info (6)
- mountainerring (1)
- Open House (2)
- other info (4)
- PALASI (11)
- Palasi Event (4)
- Pecinta Alam (8)
- perjalanan (1)
- PWCC 2011 INFO (2)
- Refrensi (9)
- SISPALA (5)
- SMAN 1 JAKARTA (4)
- Unik (9)
- video (2)
- WALL CLIMBING COMPETITION (1)
0 komentar:
Posting Komentar